Senin, 21 Februari 2011

Kisah


Pagi itu 1 februari 2011, seperti biasa aku membaca surat kabar yang baru sebulan terakhir ayahku menjadi pelanggannya. Di halaman pertamanya aku melihat foto itu. Wajah itu, wajah yang sama sekali tidak berubah dengan ketika terakhir kali aku melihatnya kira-kira delapan tahun silam. Hari itu, berita tentang dirinya menjadi salah satu headline di surat kabar yang sedang berada di depanku dan mungkin di semua surat kabar yang ada di kota ini . setelah menyita dua kolom berita di halaman pertama, dihalaman berikutnya bahkan hampir di setiap halaman surat kabar itu terpampang namanya. Namanya terpampang menghiasi kolom duka cita surat kabar pagi itu. Sebenarnya aku sudah menerima kabar duka itu dari ibuku sehari sebelumnya melalui telepon. Sedikitnya ada sekitar enam puluh empat kolom jika aku tak salah menghitungnya yang memuat namanya, bahkan beberapa diantaranya juga menyematkan gambar dirinya. Aku benar-benar tidak pernah menyangka secepat itu aku akan melihat namanya tarpampang di sana. Ia baru berusia 22 tahun, setahun lebih tua dariku dan bagiku dia masih terlalu muda untuk dituliskan namanya di kolom yang lebih sering kulihat diisi dengan nama-nama asing yang beruntung karena mendapat kesempatan hidup cukup lama bahkan kadang-kadang sudah sangat lebih dari cukup. Tapi aku tahu, usia tidak akan pernah menjadi pertimbangan bagi Tuhan untuk mengambil apapun yang dikehendakinya.

Melihat wajah dan namanya, membawa ingatanku ke beberapa tahun yang lalu tepatnya saat aku masih duduk di bangku kelas satu sekolah menengah pertama. Ya dia adalah salah satu teman sekelasku waktu itu. Aku ingat namanya berada paling terakhir dalam daftar hadir kelas kami saat itu. Dua tahun berada satu kelas dengannya tidak juga cukup untukku mengenalnya secara personal. Mungkin karena dia terlalu eksklusif, dan aku yakin bukan hanya aku yang merasakan seperti itu. Tidak banyak kesan dan kenangan pribadi tentang dirinya buatku, bahkan bisa dibilang tidak ada sama sekali. Dan kalaupun ada, aku sama sekali tidak mengingatnya. Yang ku tahu dia cukup baik, setidaknya aku tidak pernah terlibat konflik dengannya. Namun saat ini yang ku dengar dari orang-orang yang mengaku kenal dengannya dan dari surat kabar pagi itu, dia dikenal sebagai pribadi yang sangat baik, sopan, disiplin, berjiwa sosial tinggi, cerdas, dan punya jiwa kepemimpinan. Dan kalau memang itu benar, jujur saja itu artinya aku benar-benar baru mengetahui jika dia sebenarnya memiliki pribadi yang sangat mengagumkan. Karena dulu saat aku masih sering melihatnya, aku sama sekali tidak menangkap keseluruhan kesan itu. Aku tidak tahu apakah dia sudah berubah seiring dengan berjalannya waktu. Waktu memang bisa merubah semuanya…. Ataukah karena aku memang tidak dekat dengannya sehingga aku tidak mengenal pribadinya yang sesungguhnya. Atau mungkin juga saat itu aku salah menafsirkan kesan itu. Kadang memang kesan yang diterima oleh orang lain tidak seperti apa yang sebenarnya ingin kita kesankan. Jujur, aku benar-benar tidak tahu…

Tapi pagi itu, ketika aku membaca berita tentangnya, sama sekali tidak terbayangkan olehku akan secepat itu melihat namanya terukir di sana. Aku memang berpikir kalau suatu saat aku akan melihat namanya terpampang di sebuah kolom surat kabar tapi dengan tulisan ucapan selamat atas kesuksesannya bukan di kolom seperti yang terjadi saat itu. Apalagi berita yang terakhir kudengar sebelum hari itu, ia melanjutkan pendidikannya ke sekolah yang dikenal sebagai pencetak pamong praja. Aku pun membayangkan jika suatu saat kelak ia akan menjadi salah satu pemegang jabatan di kota ini atau bahkan di negeri ini. Karena hal itu sama sekali bukan hal yang mustahil bagi dirinya. Namun ternyata Tuhan berkehendak lain, dia harus mengahadap-Nya di usia yang masih terbilang muda. Aku yakin itu pasti akan sangat berat untuk dihadapi oleh orang-orang yang mencintainya, tapi kita wajib percaya bahwa itu adalah jalan yang paling indah dan terbaik untuknya.

Meski tidak cukup mengenalnya, aku merasa turut berduka atas kepergiannya. Semoga segala amal dan ibadahnya diterima oleh Allah SWT, dan semoga segenap keluarga dan kerabatnya diberikan ketabahan dan kekuatan. Yakinlah bahwa di dunia ini tidak pernah ada yang benar-benar kita miliki. Selamat jalan kawan…!!! Semoga engkau tenang dan bahagia berada di sisi-Nya…. Amin….


Minggu, 20 Februari 2011

Alasan

Saya pernah mendengar sebuah teori yang mengatakan bahwa setiap manusia pasti membutuhkan orang lain untuk berbagi dalam banyak hal. Tapi ada saat ketika kita sedang merasa punya banyak hal dalam pikiran dan hati kita yang ingin kita bagi kepada orang lain namun kita tidak tau harus membaginya kepada siapa. Inilah yang mungkin saya rasakan saat ini.

Bingung mau membagi kepada siapa???

Saya sepenuhnya sadar bahwa terkadang apa yang menarik buat kita belum tentu menarik buat orang lain. Saya tidak mungkin memaksa orang lain untuk mendengarkan hal-hal yang saya sendiri ragu apakah itu menarik atau tidak bagi orang itu.

Lalu apa yang harus saya lakukan???

Saya kemudian teringat dengan tempat ini “BLOG”. Tujuan saya menjadi blogger amatir yang amatir ini adalah untuk menuangkan sebagian isi pikiran dan hati saya yang berupa pendapat pribadi tentang beberapa hal yang pernah saya lihat, saya dengar, dan saya alami sendiri. Walaupun tidak terlalu menarik untuk di baca atau bahkan mungkin sama sekali tidak ada yang tertarik untuk membaca, tapi setidaknya saya merasakan kepuasan tersendiri telah menumpahkan luapan isi hati dan pikiran saya di sini.

Ini tidak berarti bahwa saya merasa ahli dalam hal menulis. Sampai saat ini saya juga masih sedang dan terus belajar untuk membuat tulisan yang lebih baik dan lebih layak untuk dibaca.

Sekali lagi beberapa isinya hanyalah sebuah pendapat pribadi dan tidak ada maksud sama sekali untuk mempersalahkan pendapat yang kontradiktif dengan pendapat saya apalagi memaksakannya kepada orang lain. Setiap orang berhak menilai dan berpendapat.