Selasa, 21 Maret 2017

Note To Self

Saya tidak akan membahas tafsir Sural Al-Maidah Ayat 51, karana saya cukup tau diri…apalah saya ini yang tiap harinya cuma nonton drama korea…hehe

Masalah SARA, masalah uang, atau apalah itu, whatever yang oleh banyak orang sering disebut masalah sensitif. Hmmm, menurut saya tidak ada hal yang terlalu sensitif untuk di bahas selama kita mau membuka hati dan pikiran kita. Ya, kalau misalnya ada yang perlu dibahas, ya bahas saja, daripada dipendam terus nyessek sendiri dan saling merasa tidak enak. Yang penting cara dan niatnya baik.

Biasanya, hal menjadi sensitif karena orang-orang yang membahasnya yang gak santai, yang terlalu cepat panas hati, yang emosian, atau kata anak-anak muda “baperan”. Kalau bukan yang menyampaikan yang memang nyolot, orang yang mendengarnya yang memang lagi sensi atau dua-duanya, yang satu emang nyolot, dan satunya lagi emang anaknya lagi sensi. 

Harusnya dua-duanya bisa sama-sama santai. Orang yang menyampaikan harusnya bisa lebih ramah, lebih sopan, atau bagi mereka yang mempertanyakan suatu hal, cara nanyanya biasa aja, gak usah kayak orang lagi menginterogasi yang mengintimidasi.
 
Saya pernah dengar kalimat ini, sebrilian, sekeren, dan sespektakuler apapun gagasannya kalau cara menyampaikannya kurang baik, kita bisa kehilangan respek dari orang lain. Bahkan kebenaran pun bisa jadi menyeramkan. Yes. KOMUNIKASI. Katanya komunikasi itu bukan sekadar kata-kata melainkan sebuah tarian. Begitulah sebuah tarian yang indah dan penuh harmoni bisa diterima secara universal.

Nah, disisi lain si orang yang mendengar, harusnya bisa lebih open minded, lebih pengertian, lebih berjiwa besar. Kita sama-sama tau manusia punya keterbatasan, tapi masa sih kita masih mau membatasi lagi hati dan pikiran kita dengan arogansi dan ego, tidak mau menerima pendapat dan penjelasan orang lain.  

Intinya juga, niat dari kedua pihak harus sama-sama baik, dengan hati yang penuh kasih dan tanpa niat untuk menjatuhkan pihak lain. (Coba cek lagi, apa sih niat kita membahas atau mempertanyakan suatu hal tertentu kepada orang lain, pastikan dulu bukan karena kebencian atau ingin menyakiti).

Semoga langkah apapun yang kita ambil, niatnya berasal dari hati yang bersih, bukan dari hati yang dipenuhi dengan kebencian, bukan untuk menjatuhkan dan menyakiti siapapun, dan semangatnya adalah semangat mengasihi. Islam dan pasti semua agama mengajarkan cinta kasih. *Peace

Dan semoga kita masih bisa jatuh cinta, meski dunia di luar sana sedang mengabarkan kegalauan. Yakinlah, masih dan akan selalu ada hal indah yang bisa bikin kita jatuh cinta bahkan sampai berbunga-bunga. #SpreadThe LOVE

Senin, 13 Maret 2017

Ada

Tidak jelas dengan cara apa ia dimulai
Tanpa isyarat , tanpa kata pengantar,
tapi ku tahu hari ini ia ada
ada dengan segala keadaan dalam keberadaannya
ia menyatu dengan huruf-huruf kecil yang terus mengalun tanpa ketukan
ia menyusup ke dalam bilik-bilik kata yang
lalu menjelma menjadi lantunan kalimat berirama
di relung terdalam yang di sebut jiwa.


(2010 - 2012)


...

Aku benci dirimu seperti aku membenci malam
Karena aku hanya bisa melukismu dengan cahaya
Aku benci dirimu seperti aku membenci kejelasan
Karena aku hanya bisa melihatmu dalam kekaburan
Aku benci dirimu seperti aku membenci menyimak
Karena aku hanya bisa mendengarmu sambil lalu
Aku benci dirimu seperti aku membenci suara
Karena aku hanya bisa memanggilmu dalam diam
Aku benci dirimu seperti aku membenci kenyataan
Karena aku hanya bisa menyentuhmu dalam khayalan
Aku benci dirimu, dirimu yang nyata, dirimu yang sesungguhnya
Karena aku hanya bisa mendekap bayangmu dalam angan-angan
Jangan pernah kau sebut-sebut harapan
Karena bermimpi pun aku sudah tak bernyali


(2010 - 2012)

Klik

Klik!
Sewajar suara jentikan jari yang menggoyangkan dalam buaian
Tapi serasa tamparan berkali-kali buatku
Ibarat teriakan yang memekak memecah konsentrasiku berkeping-keping
Ternyata ribuan hari dalam dua puluhan tahun ini
Aku hanya berdiri di balik sebuah kamera amatir
Layaknya pengamat konyol tidak penting yang sibuk sendiri
Mengatur focus setengah mati
Untuk satu objek yang tidak pernah sadar kamera
Namun kupikir waktu pun lelah dengan kisah bodoh itu
Demi Tuhan,
Tidak akan ada lagi kamera amatir
Tidak ada lagi objek abadi
Tidak ada lagi pengamat autis yang hidup dalam imajinasi
Yang ada adalah skenario baru yang siap dimainkan
Dan kali ini aku sebagai pemeran utamanya


(2010)

Kamis, 09 Maret 2017

Belum Selesai

Hanya secuil usikan badai
tapi tidak disangka begitu saja kau sudah menyerah
padahal meski masih tersaput kabut
telah kulihat tepian di depan sana
seperti yang selalu kau gambarkan,
yang di sana itu tujuannya bukan?
Setelah kau jejalkan kenangan, khayalan, mimpi, dan asa
Berani benar kau lepaskan tanganmu
Sementara kau juga tahu semua itu terlalu berat untuk ku tanggung sendiri
Jelas ini belum selesai
Tapi apa dayaku menahan kau pergi
Teruskan saja jejakmu yang terlanjur menjauh
Karena segera kan kupacu langkahku hingga berlari
Kan ku wujudkan anganku hingga nyata
Agar ku bisa berjanji
Tak akan kau temui siapapun di sana
Selain aku dengan sepaket kenangan, khayalan, mimpi, dan asa yang masih sama


(Ditulis antara 2010 - 2012)

Setelah Empat Tahun Tanpa Postingan

Hallo…

Akhirnya bisa posting (nyampah) lagi di blog ini setelah postingan terakhir yang ternyata baru saya sadari sudah empat tahun yang lalu. Syukur-syukur masih dianggap sama blogger. Terima kasih blogger yang telah bersedia menampung tulisan-tulisan saya yang tidak penting. 

Tapi cukup sering sih saya membuka-buka blog ini untuk sekadar mengotak-atik atau baca-baca postingan lama sambil mengingat-ingat moment dan rasa yang dulu pernah ada. Atau masih ada? Ah, sudahlah…

Dalam empat tahun ada banyak hal yang terjadi, ada yang datang dan pergi, ada banyak yang berubah, dan pastinya ada banyak rasa yang tercipta. Selalu ada keinginan untuk menuliskan semua itu tapi entah kenapa tidak pernah ada yang benar-benar tertulis dan kalaupun ada pasti jadinya sepotong-sepotong dan tidak pernah selesai. Kadang-kadang juga seperti tidak tahu harus mulai dari mana. Seperti mati ide atau karena terlalu banyak ide, entahlah.  

Mungkin juga karena disibukkan (sok sibuk) oleh rutinitas jadi tidak ada kesempatan untuk menulis. Tapi saya benar-benar merasa waktu bergulir sangat cepat. Ya, tidak terasa sudah empat tahun. Bukan, atau empat tahun yang tanpa rasa. Atau mungkin saya yang tidak sempat merasakan perasaan-perasaan yang ada dalam empat tahun ini. Sepertinya saya telah terjebak dalam rutinitas sehingga tidak sempat merasakan perasaan.  

Tapi apapun itu, sekarang saya maunya siih bisa lebih aktif lagi menulis di blog ini meskipun saya sadar saya masih harus terus belajar menulis yang lebih baik. Ini juga karena belakangan saya banyak baca-baca blog orang dan itu membuat saya termotivasi lebih kuat untuk menulis lagi. 

Sebagai wujud dari niat untuk kembali nge-blog, saya akan posting dulu beberapa tulisan yang sudah lama bersemayam dalam laptop saya. Yang kira-kira saya tulis sekitar tahun 2010 – 2012 dimana saya masih cukup peka dengan perasaan saya sendiri dan karena banyak waktu kosong juga sih, dan juga mungkin karena di tahun-tahun itulah banyak hal yang membuat saya melibatkan perasaan. Semacam tahun-tahun yang emosional. *Halaah… 

Tulisan-tulisan yang niatnya untuk diposting di blog ini juga tapi kurang pede karena idenya suka tidak fokus, berubah-ubah ditengah jalan, tidak jelas awal dan akhirnya, tidak ada judulnya, pokoknya tulisan-tulisan yang tercipta dari pikiran dan perasaan yang random dan labil. Doakan saya bisa menulis lebih baik lagi teman-teman…