Senin, 30 Mei 2011

Doubt


Riuh, redam, tangis sedih, tawa bahagia: Biasa
Selama langkah masih bisa terhitung
Selama jari-jari masih bisa dijentikkan dan siulan masih bisa terdengar
Menyusuri jalan yang sama dan hampir tak berliku
Melihat wajah-wajah yang sama silih berganti dengan bayang-bayang diri sendiri
Hidup dalam kotak kecil berdinding semu
Dalam dimensi mimpi dan imajinasi
dengan harapan yang belum jelas

Di tengah derap langkah yang kian pasti
Ketika mimpi telah selesai di rajut
secarik keraguan mengusik jiwa yang selama ini tampak tenang
mengacaukan hitungan langkah
menghentikan irama jentikan jari, dan menyamarkan siulan
membuka mata, menerawang menembus dinding semu
membisikkan tanya namun jelas dan semakin jelas
benarkah bisa hanya dengan ini, di sini, dan begini?

Senin, 09 Mei 2011

Mengerti


(Mengerti adalah penerimaan makna sesuatu di dalam suatu tempat dalam otak seseorang sehingga ia bisa memberikaan definisi, menjelaskan, menerangkan tentang keseluruhan dari sesuatu itu dan tahu bagaimana seharusnya menyikapi sesuatu itu).

Mengerti…
adalah pekerjaan yang tidak mudah dilakukan

Kadang kita tidak tahu bagaimana cara mengerti karena yang ingin dimengerti sangat sulit untuk dimengerti.

Kadang kita tidak tahu bagaimana bertindak setelah mengerti karena yang ingin dimengerti menginginkan tindakan pengertian yang lain.

Kadang kita lelah untuk mengerti karena yang dimengerti tidak mengerti bahwa ia dimengerti

Bukankah di dunia ini tidak ada yang akan pernah benar-benar mengerti???

At Least, mencobalah untuk mengerti…!!!

Minggu, 03 April 2011

Fokus

Pernahkah Anda merasakan kondisi dimana Anda sangat sulit untuk fokus pada suatu hal yang ingin Anda kerjakan sehingga mengahambat pekerjaan Anda itu? Misalnya saja Anda sangat sulit untuk fokus menyelesaikan tugas kuliah Anda, tugas kantor Anda, tugas sekolah Anda, atau tugas-tugas lainnya?

Jika Anda pernah merasakan situasi itu, maka saya ingin mengatakan bahwa saya juga sering mengalaminya. Bahkan bisa dibilang hal itu adalah problema terbesar dalam hidup saya dan paling sering menjadi penghambat bagi saya untuk menyelesaikan hampir semua pekerjaan saya.

Saya selalu bertanya-tanya, kenapa sih saya begitu sulit untuk berada dalam kondisi fokus? apa yang harus saya lakukan untuk mendapatkan kefokusan itu?

FOKUS, adalah saat-saat yang paling saya rindukan dalam hidup saya. Saya benar-benar menantikan saat-saat di mana saya berada dalam situasi itu. Tapi entah kenapa saya begitu sulit menemukannya.

Dan akhirnya saya menemukannya malam ini (2 April 2011). Menemukan jawaban atas pertanyaan kenapa saya begitu sulit berada dalam kondisi focus? Dan mungkin ini juga bisa menjadi jawaban siapa saja yang mengalami problema hidup sama seperti saya…

Dari hasil kesimpulan saya sendiri tentu saja setelah saya memikirkannya (berkali-kali dan berlama-lama), jawabanya ternyata sangat sederhana yaitu karena saya justru terlalu sering memikirkan tentang fokus itu sendiri saat mengerjakan sesuatu sehingga saya tidak fokus lagi pada apa yang sebenarnya harus saya kerjakan. Saya terlalu asik dan sibuk memikirkan untuk fokus sehingga saya lupa untuk memikirkan apa yang awalnya ingin saya selesaikan.

Saya bisa menceritakannya seperti ini…

kadang2 saya menemukan saat2 terfokus dalam hidup saya tapi itu tidak pernah berlangsung lama karena di saat saya sementara berada dalam kondisi itu saya tiba2 tersadar bahwa sy tengah berada dlm keadaan fokus dan saat itulah saya justru keluar dari situasi fokus itu. Saya terlalu cepat sadar bahwa saya sedang dalam keadaan fokus sehingga saya kehilangan kefokusan saya pada hal-hal yang sebenarnya sedang ingin saya kerjakan.

Dan berkesimpulan bahwa,

“Ketika kita menyadari bahwa kita dalam keadaan fokus maka sebenarnya kita telah keluar dari keadaan itu sendiri…”

Jadi apa yang harus saya/kita lakukan???

Satu-satunya Cara adalah berhentilah untuk berpikir tentang fokus, sebaiknya langsung pikirkan saja tugas kita yang sebenarnya tidak usah terlalu sibuk memikirkan tentang fokus dan bagaimana cara untuk fokus…

Jadi janganlah mencoba untuk berpikir tentang Fokus ketika Anda sedang berada dalam situasi fokus, karena itu justru akan mengeluarkan anda dari situasi itu dan akan membuat anda sulit untuk kembali ke situasi itu lagi…!!!

Karena itulah,

Saya berharap suatu saat nanti saya akan benar2 berada dlm keadaan focus dengan tanpa harus menyadarinya karena pada saat itulah saya biasanya tidak dapat kembali ke situasi fokus itu lagi…

Dan,

Semoga ini juga dapat menginspirasi orang lain agar bisa menemukan kondisi yang menurut saya paling sulit untuk ditemukan, FOKUS…!!!

Selamat berFOKUS…!!!


Inikah Manusia?



Inikah manusia…? Makhluk paling sempurna…?

Dengan tidak tahu malunya, Sok paling memilki
Menindas, menganiyaya, dan merusak
Sesuatu yang sama sekali bukan miliknya
Secara sadar namun kadang-kadang tak sadar

Malah dengan sok pintarnya
Melakukan pembelaan dari pemikiran yang dangkal
Berkata dengan seenaknya bahwa
Ini tentang dirinya sendiri dan tidak mengusik yang lain

Sadarkah ia bahwa setiap makhluk disekitarnya
Memaknai setiap tindak tanduknya
membiarkan yang lain stres, frustrasi, depresi bahkan gila

adilkah manusia yang melibatkan yang lain dalam konflik batinnya sendiri?
adilkan manusia yang memaksa yang lain untuk memahami keadaan batinnya?
sesuatu yang sama sekali tidak terlihat dan tidak jelas
sadarkah manusia bahwa ia sedang menganiyaya psikis yang lain

tidakkah ini suatu keegoisan?

Dan

Inikah manusia?
Makhluk perusak, makhluk egois

_april2011_

Bukan!



Saya tidak tahu mau menyebut apa kumpulan kata dan kalimat yang akan Anda baca di bawah ini.

Puisi kah…?

Sajak kah…?

Tapi ini tidak akan sebagus dan seindah puisi-puisi dan sajak-sajak yang sudah sering Anda baca. Atau bahkan ini tidak memenuhi syarat untuk disebut puisi ataupun sajak.

saya memang tidak punya cukup jiwa kepuitisan atau kesajakan dalam diri saya untuk merangkai puluhan kata menjadi sebuah barisan puisi atau sajak. Karena saya bukanlah seorang yang puitis dan bukan pula seorang yang sajakis. Saya hanya sedang mencoba-coba menyatukan kata-kata dan membentuknya seperti ini…


Karena tidak ingin membiaskan makna puisi dan sajak yang sebenarnya dan mencoreng nama baik puisi dan sajak yang sudah terlanjur indah, maka saya menamakannya “Bukan Sajak Bukan Puisi”. Jadi jika suatu saat Anda menemukan dan membaca tulisan yang dibentuk seperti ini lagi dalam blog ini maka namanya adalah

“Bukan Sajak Bukan Puisi”


Agustus 2008, agustus 2009, agustus 2010, maret 2011
Kalau ditambah tujuh setengah (+7 ½) kira2 sudah hampir satu dasawarsa
Kemudian jika dikalikan lima (x5) berarti sudah setengah abad
Potensi itu belum ternyatakan
dan masih dengan emosi yang sama
tercipta dari hasil olah persepsi yang singkat
atas sebuah objek dengan segala kesempurnaannya
membuat dunia ini sempat tampak sempurna
meski hanya sepersekian milidetik
seperti waktu yang digunakan untuk mengedipkan mata
Sesuatu yang sangat sulit terukur, terjelaskan, dan terlogiskan
Kini mengendap kedasar relung terdalam
Tempat misterius yang selama ini disebut jiwa
tidak pernah takut menghadapi kenyataan apapun
karena semua sudah ada ketentuannya

_aM_ maret2011_

Minggu, 06 Maret 2011

Saya pernah membaca dua tweet seorang following dalam akun twitter saya yang kurang lebih bunyinya seperti ini :

“Buat kalian yg mengalami kekerasan dalam berpacaran secara terus menerus, jangan takut dengan kata PUTUS! tinggalkan. Cinta tidak nyata dalam kasus ini”.


Dan,

"Pada umumnya, perempuan tidak langsung memutuskan hubungan dengan pacarnya setelah mengalami kekerasan, salah satu faktornya karena perempuan berharap hubungan mereka berjalan mulus & pasanganya berubah pada akhirnya (Arivia, 2003)".

Setelah membacanya, rasanya saya ingin sekali untuk mengomentari tweet tersebut sesuai dengan pemahaman saya.

Berbicara soal hubungan baik itu hubungan personal ataupun profesional, bisa dikatakan setiap orang atau biasa disebut dengan istilah “partisipan” yang telibat di dalamnya akan selalu mempertimbangkan keuntungan dan kerugian atau hal positif dan negative atau pengorbanan dan penghargaan yang didapatkannya selama berada dalam hubungan itu.

Kalau dihubungkan dengan Teori maka ini sesuai dengan Teori Pertukaran Sosial (social exchange theory) yang dikemukakan oleh John Thibaut dan Harold Kelley. Menurut teori ini setiap orang akan selalu melakukan evaluasi dengan memperhitungkan pengorbanan dan penghargaan yang ia peroleh dalam suatu hubungan yang tengah ia jalani. Jika individu tersebut merasa penghargaan yang ia dapatkan lebih besar daripada pengorbanan yang ia berikan maka ia akan cenderung mempertahankan hubungan itu. Dan sebaliknya jika ia merasa pengorbanan yang diberikannya lebih besar dari penghargaan yang diterimanya maka ia akan cenderung menarik diri dari hubungan tersebut. Teori ini mengasumsikan bahwa manusia adalah makhluk rasional yang akan selalu melakukan perhitungan.

Namun kadang-kadang ada suatu kemungkinan di mana seseorang akan tetap bertahan dalam suatu hubungan yang tidak sehat (lebih banyak pengorbanannya daripada penghargaan) karena ia merasa tidak memiliki pilihan alternative yang ia anggap lebih menguntungkan. Kondisi ini kira-kira bisa kita samakan dengan isi tweet teman (ngaku-ngaku…) saya itu.

Situasi yang dimaksud dalam tweet tersebut dapat secara umum sama dengan yang sering kita lihat atau kita dengar atau bahkan salah satu dari anda yang membaca tulisan ini pernah mengalaminya sendiri Dimana seseorang tetap bertahan untuk hidup dengan pasangannya yang kasar dan temperamental karena ia merasa takut kehilangan pasangannya yang sangat ia cintai atau ia berpikir jika ia meninggalkan hubungan itu ia takut tidak mampu hidup sendiri. Ini biasanya disebabkan oleh rasa cinta yang terlalu berlebihan sehingga seseorang terkadang rela untuk tetap tinggal dalam suatu hubungan yang sudah bisa dibilang sangat menekan dan menyiksa dirinya sendiri. Dan ini memang paling banyak terjadi pada seorang wanita.

Tidak hanya pada hubungan personal, bertahan dengan kondisi yang penuh dengan tekanan juga dapat terjadi pada hubungan profesional. Misalnya seorang karyawan yang memilih untuk tetap bekerja pada perusahaan dengan gaji yang kecil, dengan pimpinan yang arogan dan sering memaki, serta rekan-rekan kerja yang terlalu individualis karena ia tahu sulitnya mendapat pekerjaan dan takut tidak dapat lagi mencukupi kebutuhan dia dan keluarganya jika ia meninggalkan pekerjaannya itu.

Kenapa...???

Mungkin bagi sebagian besar orang jika melihat atau mendengar bahwa disekitarnya ada orang lain yang mengalami kondisi seperti itu, akan langsung berpendapat bahwa orang tersebut pastilah orang yang bodoh, tidak rasional, bahkan mungkin konyol.

Namun sebenarnya kita tidak akan pernah benar-benar tahu atau mungkin tidak pernah berusaha untuk mengerti dan memahami apa yang sebenarnya menjadi pertimbangan orang yang memilih untuk tetap berada dalam kondisi tertekan. Kebanyakan dari kita akan langsung memberikan penilaian yang kurang baik atau men-judge orang tersebut secara seenaknya.

Setiap orang yang masih memiliki akal pikiran (masih waras) pasti akan melakukan pertimbangan sebelum melakukan sesuatu. Atau kita bisa mengasumsikan bahwa setiap manusia adalah makhluk rasional. Rasional yang dimaksud disini bersifat subjektif dan tergantung situasi dan kondisi tertentu. Seseorang akan merasa bahwa setiap keputusan yang diambilnya telah melalui pertimbangan yang cukup bahkan sangat matang dan rasional pada saat itu. Dalam kondisi emosi pun seseorang masih tetap merasa apa yang dipilihnya adalah rasional karena sebenarnya ia tidak menyadari bahwa ia sedang dalam kondisi emosional. Karena justru emosilah yang membawa orang untuk berasionalisasi.

Dalam kondisi itu, dua orang ahli yaitu James White dan David Klein menjelaskan dengan menyatakan bahwa rasionalitas tidak sama dengan mengatakan bahwa seseorang berada dalam proses rasionalisasi.

Artinya pada saat orang memutuskan untuk bertahan dalam hubungan yang penuh tekanan, ia merasa telah menentukan pilihan secara rasional karena sebenarnya ia sedang berada dalam proses berasionalisasi yaitu “berusaha untuk membenarkan secara rasional apa yang dilakukannya setelah pengambilan keputusan itu terjadi”. Jadi berasionalisasi sama artinya dengan berusaha merasionalkan atau membuat sesuatu (keputusannya) tampak seolah-olah rasional setelah fakta itu muncul.

Kemungkinan Alasan lain mengapa orang berperilaku seperti itu adalah adanya perbedaan stándar yang digunakan antara orang yang satu dengan orang yang lainnya untuk mengevaluasi pengorbanan dan penghargaan dalam suatu hubungan. Karena tidak ada satu stándar yang dapat diterapkan pada semua orang untuk menentukan apa yang dimaksud pengorbanan dan penghargaan atau bisa dibilang setiap individu berbeda dalam mendefinisikan pangornbanan dan penghargaan itu sendiri. Bisa saja orang yang memilih bertahan itu tidak merasa bahwa ia telah lebih banyak berkorban bahkan merasa tetap senang berada dalam kondisi itu meskipun bagi orang-orang disekelilingnya menganggapnya bodoh (biasanya orang lain yang melihatnya mengatakan seperti ini: udah deh mendingan gak usah diterusin! Kamu tuh udah terlalu banyak ruginya… tau gak sih…???)

Perbedaan dalam mendefinisikan pengorbanan dan pernghargaaan itu terjadi karena adanya perbedaan pengalaman masing-masing orang terhadap hubungan yang pernah dijalani sebelumnya. Ada orang yang mungkin sebelumnya mengalami hal yang lebih tidak baik daripada yang sekarang sehingga ia merasa hubungan yang sekarang lebih mendingan dibandingkan yang sebelumnya. Sedangkan bagi orang yang sebelumnya mengalami hubungan yang baik daripada yang sekarang.

Terlepas dari semua itu, menurut saya pribadi sebaiknya setiap orang itu harus bersikap dan berperilaku realistis atau melihat kenyataan yang terjadi. Di sini saya tidak mengatakan bahwa orang harus bersikap dan berperilaku rasional karena siapapun bisa saja berasionalisasi.
Bersikap dan berperilakulah secara realistis…!!!

Kalau kenyataannya kita memang sudah sangat tertekan dan tersiksa sebaiknya kita meninggalkan hubungan itu karena menurut saya apapun hubungan yang kita jalani harus membahagiakan buat kita. Kalau tidak bahagia, buat apa…??? Percuma bertahan dalam suatu kondisi dengan perasaan yang tertekan dan tidak nyaman…

Hidup itu harus bahagia…!!!

Tapi balik lagi, semua tergantung dari individu masing-masing yang menjalani. Saya hanya ingin kita tidak men-judge orang lain dengan seenaknya saat ia menentukan pilihannya karena kita tidak pernah benar-benar tau apa yang menjadi pertimbangannya.

Setiap orang memang berhak memberikan penilaiannya secara pribadi terhadap apapun objek yang ada di sekelilingnya. Tapi kenapa kita tidak mau mencoba untuk berpikir dan mengerti kira-kira apa yang menjadi dasar sikap dan perilaku orang lain. meskipun mungkin cara kita memahaminya berbeda dengan apa yang diharapkannya, setidaknya kita telah mencoba untuk memahami orang lain.

Memahami

Bicara soal paham-memahami ada beberapa kalimat yang ingin saya bagikan kepada siapapun yang membaca tulisan ini yang siapa tahu saja setelah membaca dan merenungkannya Anda akan lebih dapat mengahadapi kehidupan ini lebih positif dan mengurangi sifat berprasangka pada orang lain sehingga kehidupan ini akan jauh lebih damai.

Karena sebenarnya untuk dapat hidup secara damai dan berdampingan kita tidak perlu harus selalu sehati, yang terpenting adalah bagaimana kita bisa untuk saling memahami atau mengerti satu sama lain. Bukankah perbedaan itu adalah sesuatu yang indah, unik, lucu, dan seru.

Kalimatnya seperti ini…

“Kita tidak akan pernah benar-benar bisa memahami orang lain seperti apa yang diharapkannya karena kita cenderung akan memahami orang lain beradasarkan sudut pandang dan cara kita sendiri. sebaliknya kita juga tidak akan pernah benar-benar dapat dipahami orang lain karena orang lain cenderung akan memahami kita berdasarkan sudut pandang dan caranya sendiri”.

Jadi jika kita berada pada posisi pihak yang sedang memahami orang lain dan orang lain itu merasa belum dipahami, maka sebaiknya kita tidak bersikap menentang melainkan mengatakan: “maaf, mungkin saya yang belum bisa memahami kamu tapi saya berjanji akan selalu berusaha untuk memahami kamu”.

Sedangkan jika kita berada pada pihak yang ingin dipahami dan kita merasa tidak ada yang bisa memahami kita maka kita sebaiknya jangan kecewa melainkan kita harus sadar bahwa memang tidak akan ada orang yang benar-benar bisa memahami diri kita seperti apa yang kita inginkan. Mungkin bisa dengan mengatakan: “dia pasti sudah berusaha untuk memahami saya…”

Ini bukan motivasi karena saya bukanlah seorang motivator atau lebih tepatnya belum pantas untuk menjadi motivator. Saya menyadari bahwa saya masih banyak kekurangan dan bahkan juga masih sedang mencoba dan berusaha menerapkan kalimat-kalimat itu dalam hidup saya.

Sekali lagi ini hanya pendapat pribadi dan tidak bermaksud memaksakannya pada Anda.

Senin, 21 Februari 2011

Kisah


Pagi itu 1 februari 2011, seperti biasa aku membaca surat kabar yang baru sebulan terakhir ayahku menjadi pelanggannya. Di halaman pertamanya aku melihat foto itu. Wajah itu, wajah yang sama sekali tidak berubah dengan ketika terakhir kali aku melihatnya kira-kira delapan tahun silam. Hari itu, berita tentang dirinya menjadi salah satu headline di surat kabar yang sedang berada di depanku dan mungkin di semua surat kabar yang ada di kota ini . setelah menyita dua kolom berita di halaman pertama, dihalaman berikutnya bahkan hampir di setiap halaman surat kabar itu terpampang namanya. Namanya terpampang menghiasi kolom duka cita surat kabar pagi itu. Sebenarnya aku sudah menerima kabar duka itu dari ibuku sehari sebelumnya melalui telepon. Sedikitnya ada sekitar enam puluh empat kolom jika aku tak salah menghitungnya yang memuat namanya, bahkan beberapa diantaranya juga menyematkan gambar dirinya. Aku benar-benar tidak pernah menyangka secepat itu aku akan melihat namanya tarpampang di sana. Ia baru berusia 22 tahun, setahun lebih tua dariku dan bagiku dia masih terlalu muda untuk dituliskan namanya di kolom yang lebih sering kulihat diisi dengan nama-nama asing yang beruntung karena mendapat kesempatan hidup cukup lama bahkan kadang-kadang sudah sangat lebih dari cukup. Tapi aku tahu, usia tidak akan pernah menjadi pertimbangan bagi Tuhan untuk mengambil apapun yang dikehendakinya.

Melihat wajah dan namanya, membawa ingatanku ke beberapa tahun yang lalu tepatnya saat aku masih duduk di bangku kelas satu sekolah menengah pertama. Ya dia adalah salah satu teman sekelasku waktu itu. Aku ingat namanya berada paling terakhir dalam daftar hadir kelas kami saat itu. Dua tahun berada satu kelas dengannya tidak juga cukup untukku mengenalnya secara personal. Mungkin karena dia terlalu eksklusif, dan aku yakin bukan hanya aku yang merasakan seperti itu. Tidak banyak kesan dan kenangan pribadi tentang dirinya buatku, bahkan bisa dibilang tidak ada sama sekali. Dan kalaupun ada, aku sama sekali tidak mengingatnya. Yang ku tahu dia cukup baik, setidaknya aku tidak pernah terlibat konflik dengannya. Namun saat ini yang ku dengar dari orang-orang yang mengaku kenal dengannya dan dari surat kabar pagi itu, dia dikenal sebagai pribadi yang sangat baik, sopan, disiplin, berjiwa sosial tinggi, cerdas, dan punya jiwa kepemimpinan. Dan kalau memang itu benar, jujur saja itu artinya aku benar-benar baru mengetahui jika dia sebenarnya memiliki pribadi yang sangat mengagumkan. Karena dulu saat aku masih sering melihatnya, aku sama sekali tidak menangkap keseluruhan kesan itu. Aku tidak tahu apakah dia sudah berubah seiring dengan berjalannya waktu. Waktu memang bisa merubah semuanya…. Ataukah karena aku memang tidak dekat dengannya sehingga aku tidak mengenal pribadinya yang sesungguhnya. Atau mungkin juga saat itu aku salah menafsirkan kesan itu. Kadang memang kesan yang diterima oleh orang lain tidak seperti apa yang sebenarnya ingin kita kesankan. Jujur, aku benar-benar tidak tahu…

Tapi pagi itu, ketika aku membaca berita tentangnya, sama sekali tidak terbayangkan olehku akan secepat itu melihat namanya terukir di sana. Aku memang berpikir kalau suatu saat aku akan melihat namanya terpampang di sebuah kolom surat kabar tapi dengan tulisan ucapan selamat atas kesuksesannya bukan di kolom seperti yang terjadi saat itu. Apalagi berita yang terakhir kudengar sebelum hari itu, ia melanjutkan pendidikannya ke sekolah yang dikenal sebagai pencetak pamong praja. Aku pun membayangkan jika suatu saat kelak ia akan menjadi salah satu pemegang jabatan di kota ini atau bahkan di negeri ini. Karena hal itu sama sekali bukan hal yang mustahil bagi dirinya. Namun ternyata Tuhan berkehendak lain, dia harus mengahadap-Nya di usia yang masih terbilang muda. Aku yakin itu pasti akan sangat berat untuk dihadapi oleh orang-orang yang mencintainya, tapi kita wajib percaya bahwa itu adalah jalan yang paling indah dan terbaik untuknya.

Meski tidak cukup mengenalnya, aku merasa turut berduka atas kepergiannya. Semoga segala amal dan ibadahnya diterima oleh Allah SWT, dan semoga segenap keluarga dan kerabatnya diberikan ketabahan dan kekuatan. Yakinlah bahwa di dunia ini tidak pernah ada yang benar-benar kita miliki. Selamat jalan kawan…!!! Semoga engkau tenang dan bahagia berada di sisi-Nya…. Amin….


Minggu, 20 Februari 2011

Alasan

Saya pernah mendengar sebuah teori yang mengatakan bahwa setiap manusia pasti membutuhkan orang lain untuk berbagi dalam banyak hal. Tapi ada saat ketika kita sedang merasa punya banyak hal dalam pikiran dan hati kita yang ingin kita bagi kepada orang lain namun kita tidak tau harus membaginya kepada siapa. Inilah yang mungkin saya rasakan saat ini.

Bingung mau membagi kepada siapa???

Saya sepenuhnya sadar bahwa terkadang apa yang menarik buat kita belum tentu menarik buat orang lain. Saya tidak mungkin memaksa orang lain untuk mendengarkan hal-hal yang saya sendiri ragu apakah itu menarik atau tidak bagi orang itu.

Lalu apa yang harus saya lakukan???

Saya kemudian teringat dengan tempat ini “BLOG”. Tujuan saya menjadi blogger amatir yang amatir ini adalah untuk menuangkan sebagian isi pikiran dan hati saya yang berupa pendapat pribadi tentang beberapa hal yang pernah saya lihat, saya dengar, dan saya alami sendiri. Walaupun tidak terlalu menarik untuk di baca atau bahkan mungkin sama sekali tidak ada yang tertarik untuk membaca, tapi setidaknya saya merasakan kepuasan tersendiri telah menumpahkan luapan isi hati dan pikiran saya di sini.

Ini tidak berarti bahwa saya merasa ahli dalam hal menulis. Sampai saat ini saya juga masih sedang dan terus belajar untuk membuat tulisan yang lebih baik dan lebih layak untuk dibaca.

Sekali lagi beberapa isinya hanyalah sebuah pendapat pribadi dan tidak ada maksud sama sekali untuk mempersalahkan pendapat yang kontradiktif dengan pendapat saya apalagi memaksakannya kepada orang lain. Setiap orang berhak menilai dan berpendapat.