Minggu, 17 Maret 2013

Habis Baca Berita

Agak lupa dengan judul beritanya, tapi yang jelas kisah itu tentang pengakuan seorang suami yang menyaksikan sebuah perlakuan yang tidak diharapkannya terjadi kepada anak dan istrinya yang dilakukan oleh pihak salah satu puskesmas di Makassar. Ceritanya, dia bersama istrinya datang membawa anaknya yang sedang sakit demam dan muntah-muntah ke puskesmas tersebut namun bukannya langsung mendapatkan penanganan medis, salah satu petugas malah mengatakan bahwa sesuai jadwal hari jumat jam setengah 11, waktu untuk pemeriksaan sudah habis dan dokternya sudah mau pulang.

Berita satunya lagi adalah tentang sebuah sekolah yang murid-muridnya belajar sambil duduk di lantai karena tidak punya bangku sejak tahun 2008 sampai sekarang. 

Rabu, 13 Maret 2013

Line 1

Seorang pria yang mengenakan setelan jas berdiri di depan cermin di dalam sebuah butik. Sementara itu di tempat lain seorang wanita yang duduk di dalam mobil baru saja menyelipkan sesuatu ke dalam tasnya.
"Hhhhhh..."
Wanita itu menghela nafas agak panjang kemudian melajukan mobilnya.
***
 

Jumat, 25 Januari 2013

Habibie & Ainun: Kisah Cinta Sejati dari Pencinta Sejati

Kalau di belahan dunia sana ada Romeo dan Juliet, di sini ada Habibie dan Ainun. Bedanya, kalau Romeo dan Juliet adalah semata buah imajinasi dari Shakespeare, Habibie dan Ainun adalah goresan tangan  Sang Pencipta .“Habibie dan Ainun”, sebuah kisah cinta sejati paling manis dan paling indah yang mengalahkan semua kisah romantis buah pena penulis manapun yang pernah ada.  

Begitulah pendapat saya setelah menyaksikannya terekspose di layar lebar dengan judul “Habibie & Ainun”. Film penuh cinta yang meramaikan penghujung 2012 dan masih membahana di awal 2013 ini menceritakan romantisme perjalanan kehidupan Presiden Ketiga Republik Indonesia Bapak B.J Habibie bersama istri tercintanya Ibu Hasri Ainun Habibie (Almh).
 
Film diawali dengan cerita masa remaja Habibie dan Ainun yang menuntut ilmu di sekolah yang sama. Keduanya dikenal sebagai siswa yang cerdas sehingga kerap dijodoh-jodohkan oleh guru dan teman-temannya. Namun saat itu Habibie tidak tertarik bahkan terang-terangan mengatakan Ainun “jelek kayak gula Jawa” saking malu dan tidak tahannya ia yang terus-terusan menjadi bahan candaan atau lelucon di antara teman-temannya.
 
Ceritapun berbalik, pada pertemuan mereka berikutnya setelah bertahun-tahun sibuk dengan mengejar impian masing-masing, Habibie yang baru saja pulang dari Jerman justru terpesona pada kecantikan dan keanggunan Ainun yang saat itu sudah menjadi Dokter. Semenjak hari itu, Habibie semakin sering mendekati Ainun dan mulailah aroma-aroma in love tercium dalam kisah mereka hingga Habibie pun menyatakan cinta dan berniat menikahi sekaligus membawa Ainun ke Jerman.
 
 “Saya tidak bisa menjanjikan banyak hal. Apakah hidup kita di Jerman akan sulit atau tidak, apakah Ainun tetap bisa jadi dokter atau tidak. Tapi yang jelas saya akan menjadi suami yang terbaik untuk Ainun”

Kurang lebih begitulah beberapa kalimat yang diucapkan Habibie saat melamar Ainun di atas becak yang sekejap menjelma menjadi becak romantis nan penuh cinta. Lalu, ibarat pengantar menuju suasana lebih romantis, sebuah adegan pernikahan berbalut adat Jawa pun tampil menggambarkan peristiwa 12 Mei 1962 dimana Habibie & Ainun bersatu dalam bingkai suci yang ditakdirkan Sang Mahacinta.
 
Kisah terus berlanjut… Habibie yang memang memiliki berbagai urusan di Jerman  membawa serta Ainun ke negara tersebut. Di sana, mereka tinggal di sebuah flat kecil sederhana dan menjalani kehidupan rumah tangga sebagaimana biasanya, Habibie sebagai suami dengan pendidikan dan pekerjaannya di dunia per-mesin-an pesawat terbang dan Ainun sebagai istri yang setia mengurus rumah tangga.
 
Kehidupan mereka pun tidak luput dari berbagai ujian dan cobaan, lika-liku kehidupan selama berumah tangga juga digambarkan dalam film ini. Dimulai dari masalah finansial mereka yang pas-pasan di awal-awal pernikahan hingga membuat Ainun sempat menyampaikan niatnya untuk kembali bekerja sebagai dokter, dilema antara keinginan dan kenyataan dimana Ainun sudah sangat rindu dan ingin pulang ke tanah air sementara di sisi lain Habibie masih harus menetap di Jerman demi pekerjan dan cita-citanya, ditambah lagi masalah kesehatan Ainun yang kerap menurun akibat kanker ovarium yang diidapnya.
 
Bukan hanya itu saja, konflik yang lebih nyata justru dikala karir Habibie mulai menanjak sekembalinya mereka ke Indonesia. Habibie kerap menomor duakan keluarganya karena semakin sibuk dengan impian besarnya membuat pesawat terbang. Menyusul kemudian Habibie diangkat menjadi menteri, wakil presiden, hingga menjabat sebagai presiden Republik Indonesia setelah pengunduran diri Presiden Soeharto. Karir dan jabatan tersebut mengahadapkan Habibie pada berbagai godaan, tantangan dan masalah yang semakin rumit. Mulai dari godaan wanita, suap dari para mafia hingga masalah-masalah kenegaraan yang menyita seluruh waktu dan pikirannya.
 
Namun semua masalah dan ujian itu seolah tidak berarti dan tidak sedikitpun mengurangi keromantisan diantara mereka. Ainun tidak pernah sedikitpun meninggalkan Habibie. Ia tetap setia mendampingi, menjadi teman berbagi, menjadi penasehat paling bijak, dan menjadi pendukung terdepan atas semua impian sang suami.  Begitupun dengan Habibie, segala godaan berhasil ditepisnya karena kekuatan cinta yang dimilikinya. 

Sebagaimana film yang mengusung kisah salah satu tokoh penting, sedikit banyak kepingan sejarah bangsa ikut mengisi cerita film ini. Kita bisa melihat kilasan-kilasan beberapa peristiwa penting dan situasi politik pemerintahan pada era Soeharto plus karut-marutnya yang memuncak dengan masalah keterpurukan ekonomi negara, demonstrasi anarkis besar-besaran, hingga benar-benar runtuhnya rezim yang telah bertahta 32 tahun di Indonesia itu menuju era baru bernama reformasi.
 
Namun demikian, film ini sama sekali tidak kehilangan imagenya romantisnya. Focus film tetap berada pada kisah penuh cinta Habibie & Ainun. Cerita selalu mengalir dengan suasana cinta yang bertebaran dimana-mana. Usia keduanya yang semakin senja dan penyakit Ainun yang semakin parah tidak memudarkan sedikit pun warna indah cinta mereka. Habibie tetap setia merawat dan memberikan yang terbaik untuk Ainun sampai pada bagian akhir film saat kesedihan harus terlihat karena suatu keharusan (kematian) memisahkan dimensi mereka.
----
 

“Film penuh cinta”. Dari awal hingga akhir film ini benar-benar bertabur cinta.  Apapun yang mereka lakukan selalu tampak romantis. Kata-kata yang mereka ucapkan, cara mereka berbicara, cara mereka saling menatap, dan semua bahasa tubuh mereka selalu terkesan romantis. Sama sekali tidak pernah ada secuilpun nuansa antagonis termasuk di saat mereka sedang punya masalah seperti yang tergambar dalam film ini.  Yang ada malah aroma cinta serasa makin dikipasin sampai menembus layar dan menjalar ke kursi-kursi penonton. 
 
Sebagai salah satu dari jutaan penonton, saya tidak henti-hentinya dibuat merinding hampir di sepanjang film ini.  Perpaduan kecerdasan dan cinta sejati benar-benar sangat menyentuh.

Kejeniusan Pak Habibie yang luar biasa - Mulai saat Pak Habibie muda yang mengores-gores papan tulis dengan rumus-rumus fisika (walaupun gak ngerti, bagi saya pokoknya merinding aja deh judulnya). Di tambah lagi saat beliau membuat bule-bule Jerman pada tercengang dengan bahasa-bahasa intelektualnya. Luarrr Biasa!!!
 
Puncaknya adalah scene gambaran peristiwa 10 Agustus 1995 dimana pesawat N 250 mengudara pertama kalinya. Esp. pada adegan Pak Habibie memutar baling-baling pesawat sambil mengatakan “show must go on!” dan pesawat itu pun lepas landas. Rasanya seperti menyaksikan langsung bagaimana pesawat buatan anak bangsa pertama mengangkasa di langit pertiwi. Rasa kebangaan praktis mengaliri sekujur tubuh saya.  WOW! Betapa scene ini membuat saya merinding dan berkaca-kaca.
 
Lalu yang paling membuat merinding dan membuat mata ini sembab tentunya adalah tentang gambaran cinta dalam film ini . Saya sungguh terpukau dan tersentuh oleh kedahsyatan cinta Habibie & Ainun. Ok,  Saya akui, saya memang suka gampang kagum, gampang takjub dan selalu terpana kalau ada kisah cinta yang penuh romantisme. Tapi saya pikir setiap yang nonton pasti terpesona  pada kisah cinta mereka… sebuah kisah cinta tidak lazim tapi sekarang ada di depan mata.
 
Ini petikan dialog yang menurut saya paling romantis dalam film ini.
 
“Kamu itu orang yang paling keras kepala dan paling sulit yang pernah saya kenal. Tapi jika saya harus mengulang hidup saya, saya akan tetap memilih kamu”

Kalimat itu diucapkan Ainun pada saat sedang kesal pada Habibie dengan usia mereka yang sudah tidak muda lagi. Ya, sedang kesal saja, mereka masih terlihat romantis.
 
Misalkan itu diucapkan oleh anak muda yang masih hot-hotnya cinta-cintaan, mungkin hal itu menjadi biasa-biasa saja. Bisa jadi mereka cuma sedang emosi atau cuma lagi gombal-gombalan selayaknya orang lagi dimabuk asmara.  Tapi, Habibie & Ainun berbeda, cinta mereka seakan tidak ada matinya. Benar-benar cinta unlimited yang anti badai, tak terbatas waktu dan dimensi apapun. Dua insan ini begitu saling mencintainya sampai membuat orang lain jatuh cinta pada cinta mereka.  Benarlah kata-kata ini, “cinta sejati adalah cinta yang tidak hanya bisa dirasakan oleh orang yang mengalaminya tapi siapapun yang menyaksikannya juga dapat ikut merasakannya”.
 
Bisa dibilang Habibie dan Ainun tidak cuma jatuh cinta tapi jatuh cinta sambil menebar cinta. Even cuma lewat layar, semua yang menyaksikan sampai kecipratan cinta, pokoknya sekali lagi suasana in love bertebaran sampai ke sudut-sudut ruang teather saat menonton film ini. Kalau boleh saya deskripsikan dengan kata-kata, saya merasa dibekap suasana melankolis sampai berhari-hari setelah menonton film ini. Ruh cinta Habibie & Ainun seolah masih nyantol kemanapun saya pergi.
 
Film ini berhasil membawakan kisah yang menarik dengan sangat baik. Ibarat sebuah proses komunikasi, cerita film adalah pesan yang ingin disampaikan sedangkan tim produksi adalah komunikator yang bertugas menyampaikan pesan tersebut. Mereka adalah sutradara yang piawai mengarahkan adegan demi adegan dan emosi demi emosi, peƱata gambar dan music yang kreatif, casting director yang cerdas memilih actor dan aktrisnya serta pemain yang memiliki talenta acting yang jempolan. 
 
Masalah acting pemain (Reza-BCL). Kalau Reza sih, imagenya sebagai aktor handal sudah membahana diotak saya, jadi jaminan kalau dia akan bagus sudah ada.  Tapi dengan BCL, jujur saya agak sedikit skeptic waktu pertama kali tahu tokoh Ainun akan diperankan olehnya. Sempat berpikir kenapa harus BCL??? Kayaknya bakal lebih bagus kalau si A, si B, si C, dan seterusnya*.
(Apalagi BCL yang ada di video klip lagu “HOT”, hehehe)

Tapi, setelah menyaksikan langsung, saya harus mengakui apa yang terjadi melebihi ekspektasi saya. Reza-BCL sukses memerankan tokoh Habibie & Ainun dengan sangat apik dan cemerlang.  Saya tidak menyangka tokoh Habibie harus diperankan dengan harus segitu miripnnya dan Reza berhasil melakukan itu. Padahal semua mungkin bisa lihat bagaimana Reza dan Pak Habibie sangat jauh berbeda. Dari segi postur, perawakan dan wajah mereka pun tidak mirip sama sekali. Tapi di atas layar, Gesture, gaya bicara, cara tertawa, dan ekspresi khas Pak Habibie ada pada Reza Rahardian. Cobalah hanya mengandalkan telinga Anda, maka Anda akan merasa kalau yang sedang berdialog dalam film ini adalah benar-benar Pak Habibie.
 
BCL pun idak kalah, tokoh Ainun sempurna dimainkannya. Begitu scene pertama menampilkan BCL, praktis saya terpukau dan tidak terpikir lagi siapa yang seharusnya lebih pantas di posisi itu. *Kalemnya dapet, anggunnya banget. Pokoknya BCL pas jadi Ibu Ainun, Reza pas jadi Pak Habibie. Cara pembawaan karakter masing-masing serta chemistry yang menyatu membuat penonton dapat melihat bahwa feel itu benar adanya bahkan bisa merasakan emosi dari cerita yang sebenarnya.
 
Ditambah lagi original soundtrack yang menjadi back sound setiap adegan sangat pas dengan isi dan alur cerita. Lirik dan instrument yang sangat menyatu dengan setiap adegan yang tampil di atas screen berhasil mengiringi dan memperkuat kesyahduan suasana dalam film ini. Bisa dibilang lagu “cinta sejati” ciptaan Melly Goeslaw itu adalah film Habibie &  Ainun dalam versi lagu. Kata-kata dalam liriknya memiliki makna yang indah dan kuat sehingga langsung mengena di hati (pas be-ge-te dengan kisah Habibie & Ainun). Setiap mendengarkan lagu (lirik & Instrumen) itu saya selalu bisa dibuat merinding. Simak lirik dan instrument yang terangkai dalam lagu tersebut berikut ini:



Ditambah semua unsur tersebut, cerita yang diangkat adalah based on rancangan Tuhan (true story) sehingga membuat film ini memiliki karakter yang kuat, nyata dan punya ruh. Akhirnya film inipun menjadi sepaket kreatifitas yang sukses mengaduk-aduk emosi penonton.
 
Walau bagaimanapun mungkin akan selalu ada kelemahan, penampakan produk sponsor sepertinya sudah sering dan mungkin jadi hal penting untuk sebuah produksi film. Di film Hollywood pun ada. Tapi di sini, hal itu terlihat agak kasar dan sedikit merusak penataan artistic film ini. (Atau jangan-jangan sengaja sebagai joke di sela kepungan emosi mengharu biru penonton kalii yah. Mungkin!)
 
Selain itu, film ini juga ada yang kurang detail di beberapa bagian. Misalnya, pada syutingan Pak Habibie sedang berjalan di tengah hujan salju yang kurang rapi. Ada juga pada saat menggambarkan Pak Habibie yang baru saja dilantik menjadi wakil presiden dengan menyandingkan foto asli Presiden Soeharto dengan foto Reza Rahardian. Agak aneh…! Menurut saya mungkin untuk menyampaikan pesan itu bisa diganti dengan cara yang lebih pas. Ok, ini hanya pendapat pribadi dari orang awam saja sebagai salah satu penonton. Dan sebagai penikmat film, berharap karya-karya selanjutnya  bisa lebih memperhatikan sampai ke detail-detail kecilnya dan lebih bagus lagi. 
Terlepas dari kekurangan itu, dengan tanpa ada kesan menggurui, banyak sekali makna yang bisa kita panen setelah menyaksikan film ini. Tentang kebersahajaan, kerja keras, optimisme, tanggung jawab, nasionalisme, kesetiaan, dan tentunya pribadi yang penuh cinta. Pesan-pesan itu mengalun seirama dengan alur cerita dan karakter tokohnya. Kita bisa melihat khususnya pada karakter Pak Habibie.
 
Cita-cita besar beliau yang ingin menciptakan pesawat terbang menurut saya adalah gambaran bahwa Pak Habibie bukan hanya bermimpi untuk terbang tapi juga membawa orang lain terbang dengan pesawatnya dalam artian beliau memang ingin berguna untuk orang lain. Ia  bermimpi, bekerja keras, dan optimis seolah ia akan hidup selamanya. Begitulah Pak Habibie mencintai kehidupan.
 
Pak Habibie menuntut ilmu hingga mencapai batas tertinggi seorang ilmuwan (profesor). Lalu dengan ilmu itu ia menciptakan teknologi modern yang bermanfaat untuk banyak orang. Lihatlah, betapa beliau mencintai dan menjunjung tinggi ilmu pengetahuan.
 
Habibie sejak awal bertekad akan kembali untuk membangun Indonesia setelah menuntut ilmu di Jerman. Beliau pun membuktikannya dengan penerbangan perdana pesawat ciptaannya yang pernah menjadi salah satu kebanggaan bangsa. Selain itu beliau juga selalu menggalakkan ide-ide dalam rangka pengembangan industri pesawat terbang di Indonesia. Demikian halnya selama menjabat sebagai menteri, wakil presiden, hingga presiden, beliau selalu penuh dedikasi. Begitulah ia mencintai tanah airnya.
 
Dan, tentu tidak perlu meragukan cinta Pak Habibie pada Bu Ainun. Melalui film ini, semua sudah bisa menyaksikan bagaimana beliau mencintai pendamping hidupnya itu dengan sempurna sepenuh jiwa dan raganya. Justru berawal dari cinta inilah beliau bisa menjadi manusia yang penuh cinta dan mampu mewujudkan impian-impiannya.
 
Semua itu cukup menjadi bukti cintanya pada sang pancipta. Karena itu saya rasa tidak berlebihan untuk menyebut beliau sebagai sang pencinta sejati.
 
Melalui Habibie dan Ainun kita diperlihatkan bagaimana mencintai dengan cerdas. Cinta bukan hanya seputar mengumbar perasaan, lalu sedikit-sedikit galau, sampai depresi dan akhirnya malas dan tidak produktif. Kalau dengan cinta, kita hanya bisa seperti itu, betapa dangkal dan murahannya sesuatu yang bernama cinta itu.
 
Renungkan bagaimana cinta itu menembus lapisan terdalam kenyataan. Cinta ada dibalik semua karya-karya indah di dunia ini. Cinta pada satu hal sejatinya bisa mempengaruhi kita untuk lebih mencintai lebih banyak hal yang positif. Membuat kita mencintai sesama, mencintai alam, mencintai ilmu, dan akhirnya menjadikan kita selalu bersikap dan bertindak dengan penuh cinta dalam menjalani kehidupan kita. Cinta seperti ini yang kemudian menginspirasi, memotivasi dan mengalirkan energi positif yang memacu kreatifitas untuk menghasilkan karya-karya yang bermanfaat, berarti untuk orang lain hingga bisa memajukan peradaban manusia. Karena itulah manusia seharusnya memadukan secara seimbang antara emosi dan rasio, antara hati dan logika. Jika itu terjadi saya pikir inilah yang disebut kesempurnaan insani. How beautiful live this is...  
_
Pesan yang sangat indah disampaikan dengan sangat baik oleh komunikator yang handal kepada khalayak yang pastinya menangkap pesan itu dengan sempurna dan semoga efeknya adalah menginspirasikan hal-hal positif.
That’s “The Habibie & Ainun Movie”.  Sebuah kisah cinta sejati dari Pencinta Sejati.

Minggu, 13 Januari 2013

Sekali Lagi

Kita belum pernah terlalu banyak bicara
Sampai setetes sunggingan lagi
Yang akan menyemai damai di tiap lekuk yang rusuh
Sampai setangkai lagi jabat
Hingga sejuk merambati relung-relung yang gerah
Sampai sehidup tatapan
Yang menjelmakan bayang-bayang keabadian

Sekali lagi...
Dan kita akan memuja setiap gores keheningan
_Kikio_

...

Jarak sudah berangsur retak
Lirih telah beralih gaduh
Jiwa-jiwa dahaga menengadah dengan segala binarnya
Sungguh gemuruh masa yang tak pernah mampu diredam
 Kala ribuan detik meggelar seruannya
Tentang kejutan tentang penegasan
Dalam bekapan suasananya masih erat ku genggam jeda yang merapuh
Bersandarkan pada remah-remah sepi yang tersisa
Di sudut hati yang senggang ku simak suara-suara sumbang
menyelinap diantara nyanyian lantang sang musim
Hingga riuh beranjak menghilang
Senja pun tak ubahnya angin yang melesat
Mengganti setiap hiasan menjadi ladang hampa yang mengering
Meninggalkan puing-puing cahaya dalam lipatan hari yang memudar
Mengiringi waktu menutup diskusinya
Oh, tidak!!!
Sekali lagi aku telah melewatkannya…

_Kikio_

AroganSi Baju Cokelat


Tulisan ini seharusnya telah menghuni blog saya sejak beberapa waktu yang lalu. Namun karena sesuatu dan lain hal saya baru bisa memostingnya hari ini. Ini fakta dan benar-benar pernah terjadi. Ok, mungkin lebih tepatnya sebuah konstruksi yang berusaha diobjektifkan sebisa mungkin.

Selasa, 16 Oktober 2012…Sang mentari masih eksis menaburkan remah-remah panasnya sekitar pukul empat tadi sore saat angkot yang saya tumpangi melaju di sekitar jalan Hertasning Makassar. Saya dan beberapa penumpang yang jumlahnya cukup menyesaki angkot jurusan sentral-panakukang tersebut bahkan masih sesekali memicingkan mata karena sundulan silau sang Surya yang merangsek menembus kaca angkot. Sebut saja angkot C (angkot ciyyynnn….!).
Benar bukan karena efek itu yang membuat saya tertarik untuk menulis lagi setelah sekian lama.  Tapi ini lebih kepada apa yang terjadi dengan angkot C saat itu. Bukan mogok karena kehabisan bensin secara pom bensin tidak jauh dari lokasi peristiwa tersebut terjadi, juga bukan  karena insiden pecah ban, atau ada sesuatu yang salah dengan angkot itu. Bukan sama sekali….
Sebagaimana biasanya jalan raya, meskipun tidak terlalu lebar, Jalan yang kami lewati saat itupun terbagi menjadi dua jalur. Dan pada saat angkot C akan berbelok ke arah kanan untuk mengambil jalur berlawanan, tiba-tiba “brakkk…!!!” terdengar suara benturan keras pada bagian angkot tersebut.
Apa yang terjadi?!?
Mendengar suara itu, saya dan mungkin juga semua penumpang tersentak dan refleks menoleh ke arah sumber suara. Ternyata pintu sebelah kanan bagian depan angkot C baru saja digebrak oleh seorang pengemudi mobil yang melaju tepat disamping kiri angkot C yang juga akan berbelok ke arah yang sama.
Rekonstruksi: Angkot C dan mobil pengemudi itu memang saling beriringan, hanya saja angkot C yang sama sekali tidak ngebut alias biassah ajjah sedikit lebih dahulu daripada mobil pengemudi itu sehingga menurut saya wajar jika angkot C juga akan berbelok lebih dulu apalagi angkot C memang berada di posisi paling pinggir  dan paling sudut serta paling dekat dengan pembelokan. (bingung? Ribet!!! tapi kurang lebih begitulah jika saya ingin mendeskripsikannya)
Karena gebrakan tersebut, supir angkot C yang antara keheranan dan kaget memperlambat laju kendaraan dan secara otomatis mobil si pengemudi berhasil membelok dan mendahului angkot C. tidak hanya sampai disitu saja, setelah berhasil mendahului angkot C, pengemudi penggebrak tersebut juga marah-marah sambil menunjuk-nunjuk ke arah supir angkot dengan mata melotot-melotot dan mulut komat-kamit.
Entah ada apa dengan dengannya dan apa salah angkot C itu, kasian! Begitulah kisahnya. Ini ceritaku….
Hmmm, andai saja memang hanya seperti itu, jelas saya tidak akan menulisnya disini. Tapi tentang siapa pengemudi itulah yang membuat saya tertarik mengisahkannya.  Pengemudi yang dengan tidak gagahnya telah menggebrak angkot C tidak bersalah itu, adalah seorang pria berusia sekitar 35 – 40 tahun, berambut cepak, berkulit agak kecokelatan dan mengendarai mobil jenis kijang. Dan yang lebih penting lagi adalah ia sedang mengenakan seragam cokelat yang bisa diidentifikasi tidak lain adalah seragam anggota korps kepolisian Republik Indonesia yang sama kita banggakan…*uhuk
Menyaksikan peristiwa itu, berbagai macam perkiraan tentang Pak Polisi itu berkecamuk dalam renungan saya. Apakah dia sedang ada masalah pribadi ataukah sedang berhalusinasi berada di sebuah sirkuit balapan mungkin…??? Atau, justru karena dia sedang berseragam kepolisian, dia  ingin menunjukkan kalau dia itu Polisi, jadi semua orang harus minggir dan ngasih dia jalan, trus bilang WOW gitu?
Arogan, gila hormat, sok jagoan, merasa paling harus ditakuti, bertindak semaunya dan tidak menghargai orang lain. Polisi atau preman sih...?
Bukankah polisi bagi banyak orang sudah dianggap seperti spiderman, superman, atau superhero apalah namanya yang ada di dunia nyata yang tugasnya melindungi masyarakat, menumpas kejahatan, membawa kedamaian, dan membela kebenaran???
Yah, Seragam polisi yang dikenakan pengemudi yang menggebrak angkot yang saya tumpangi waktu itu. Menurut saya itulah penyebabnya. Seragam itulah yang membuat ia dengan percaya dirinya melakukan tindakan yang justru tidak menunjukkan kewibawaannya sebagai seorang polisi menurut saya.
Begitulah… terkadang identitas memang bisa mengandung ruh arogansi dan kesombongan. Seragam, pangkat, kedudukan, dan segala atribut lain yang melekati tubuh polos manusia sejatinya berpotensi dirasuki ruh arogansi dan kesombongaan jika sang penyandangnya adalah orang-orang yang gak mutu yang salah satunya adalah oknum Polisi penggebrak angkot itu. Mereka seakan lupa bahwa ada amanah dan tanggung jawab besar yang menjadi makna utama dari sebuah identitas.
Semoga kita senantiasa bertanggung jawab atas segala karunia identitas yang kita sandang, Amiin!