Minggu, 13 Januari 2013

AroganSi Baju Cokelat


Tulisan ini seharusnya telah menghuni blog saya sejak beberapa waktu yang lalu. Namun karena sesuatu dan lain hal saya baru bisa memostingnya hari ini. Ini fakta dan benar-benar pernah terjadi. Ok, mungkin lebih tepatnya sebuah konstruksi yang berusaha diobjektifkan sebisa mungkin.

Selasa, 16 Oktober 2012…Sang mentari masih eksis menaburkan remah-remah panasnya sekitar pukul empat tadi sore saat angkot yang saya tumpangi melaju di sekitar jalan Hertasning Makassar. Saya dan beberapa penumpang yang jumlahnya cukup menyesaki angkot jurusan sentral-panakukang tersebut bahkan masih sesekali memicingkan mata karena sundulan silau sang Surya yang merangsek menembus kaca angkot. Sebut saja angkot C (angkot ciyyynnn….!).
Benar bukan karena efek itu yang membuat saya tertarik untuk menulis lagi setelah sekian lama.  Tapi ini lebih kepada apa yang terjadi dengan angkot C saat itu. Bukan mogok karena kehabisan bensin secara pom bensin tidak jauh dari lokasi peristiwa tersebut terjadi, juga bukan  karena insiden pecah ban, atau ada sesuatu yang salah dengan angkot itu. Bukan sama sekali….
Sebagaimana biasanya jalan raya, meskipun tidak terlalu lebar, Jalan yang kami lewati saat itupun terbagi menjadi dua jalur. Dan pada saat angkot C akan berbelok ke arah kanan untuk mengambil jalur berlawanan, tiba-tiba “brakkk…!!!” terdengar suara benturan keras pada bagian angkot tersebut.
Apa yang terjadi?!?
Mendengar suara itu, saya dan mungkin juga semua penumpang tersentak dan refleks menoleh ke arah sumber suara. Ternyata pintu sebelah kanan bagian depan angkot C baru saja digebrak oleh seorang pengemudi mobil yang melaju tepat disamping kiri angkot C yang juga akan berbelok ke arah yang sama.
Rekonstruksi: Angkot C dan mobil pengemudi itu memang saling beriringan, hanya saja angkot C yang sama sekali tidak ngebut alias biassah ajjah sedikit lebih dahulu daripada mobil pengemudi itu sehingga menurut saya wajar jika angkot C juga akan berbelok lebih dulu apalagi angkot C memang berada di posisi paling pinggir  dan paling sudut serta paling dekat dengan pembelokan. (bingung? Ribet!!! tapi kurang lebih begitulah jika saya ingin mendeskripsikannya)
Karena gebrakan tersebut, supir angkot C yang antara keheranan dan kaget memperlambat laju kendaraan dan secara otomatis mobil si pengemudi berhasil membelok dan mendahului angkot C. tidak hanya sampai disitu saja, setelah berhasil mendahului angkot C, pengemudi penggebrak tersebut juga marah-marah sambil menunjuk-nunjuk ke arah supir angkot dengan mata melotot-melotot dan mulut komat-kamit.
Entah ada apa dengan dengannya dan apa salah angkot C itu, kasian! Begitulah kisahnya. Ini ceritaku….
Hmmm, andai saja memang hanya seperti itu, jelas saya tidak akan menulisnya disini. Tapi tentang siapa pengemudi itulah yang membuat saya tertarik mengisahkannya.  Pengemudi yang dengan tidak gagahnya telah menggebrak angkot C tidak bersalah itu, adalah seorang pria berusia sekitar 35 – 40 tahun, berambut cepak, berkulit agak kecokelatan dan mengendarai mobil jenis kijang. Dan yang lebih penting lagi adalah ia sedang mengenakan seragam cokelat yang bisa diidentifikasi tidak lain adalah seragam anggota korps kepolisian Republik Indonesia yang sama kita banggakan…*uhuk
Menyaksikan peristiwa itu, berbagai macam perkiraan tentang Pak Polisi itu berkecamuk dalam renungan saya. Apakah dia sedang ada masalah pribadi ataukah sedang berhalusinasi berada di sebuah sirkuit balapan mungkin…??? Atau, justru karena dia sedang berseragam kepolisian, dia  ingin menunjukkan kalau dia itu Polisi, jadi semua orang harus minggir dan ngasih dia jalan, trus bilang WOW gitu?
Arogan, gila hormat, sok jagoan, merasa paling harus ditakuti, bertindak semaunya dan tidak menghargai orang lain. Polisi atau preman sih...?
Bukankah polisi bagi banyak orang sudah dianggap seperti spiderman, superman, atau superhero apalah namanya yang ada di dunia nyata yang tugasnya melindungi masyarakat, menumpas kejahatan, membawa kedamaian, dan membela kebenaran???
Yah, Seragam polisi yang dikenakan pengemudi yang menggebrak angkot yang saya tumpangi waktu itu. Menurut saya itulah penyebabnya. Seragam itulah yang membuat ia dengan percaya dirinya melakukan tindakan yang justru tidak menunjukkan kewibawaannya sebagai seorang polisi menurut saya.
Begitulah… terkadang identitas memang bisa mengandung ruh arogansi dan kesombongan. Seragam, pangkat, kedudukan, dan segala atribut lain yang melekati tubuh polos manusia sejatinya berpotensi dirasuki ruh arogansi dan kesombongaan jika sang penyandangnya adalah orang-orang yang gak mutu yang salah satunya adalah oknum Polisi penggebrak angkot itu. Mereka seakan lupa bahwa ada amanah dan tanggung jawab besar yang menjadi makna utama dari sebuah identitas.
Semoga kita senantiasa bertanggung jawab atas segala karunia identitas yang kita sandang, Amiin!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar